Berkunjung Ke Desa Pelangi Sebelum Berkunjung Ke Rumahmu

Melakukan perjalanan jauh tanpa teman dan keluarga  itu memang menjadi sebuah pilihan apalagi untuk waktu yang cukup lama, disana kita dituntut untuk beradaptasi dengan semuanya. Tepat akhir bulan April kemarin aku mutusin untuk ngebolang jauh, sebenarnya semua persiapan serba dadakan. Semua persiapan dilakukan secara singkat  mulai dari mengurus rekom hingga biometrik. Mungkin ini yang dinamakan takdir, dan takdirku sampai di desa pelangi.

Ada yang bertanya padaku “Sesimple itu kah?”. Tentu saja tidak hanya saja itu putusan paling indah daripada dipikir terlalu berlebihan.  

Desa Pelangi aku menyebutnya padahal aslinya lebih indah dari pelangi, bahkan menjadi tempat impian bagi sejuta umat. Nama desa pelangi hanyalah kiasan yang muncul gara-gara si Azka (read: keponakanku) suka sama koper kecil yang aku dapat dari travel. Warna hijau cerah bak koper di film cartoon  Rainbow Ruby. Saat tanggal keberangkatan sudah pasti, hal paling aku persiapkan adalah mental, dan seluruh pekerjaan kantor harus sudah finish sehingga tak ada beban apalagi ditinggalnya lumayan lama, walau perginya tanpa pamit kesiapa pun, hanya bermodal kata titip dengan alasan lagi ada acara (maafkeun)

Tapi selain itu aku sempat dipusingkan dengan jadwal bulanan menstruasi. Karena biasanya awal bulan adalah jadwal rutin menstruasi, sempat konsultasi ke dokter tapi dokternya tidak menyarankan untuk minum obat penunda karena katanya akan percuma jika waktu disana nanti kita kecapaian maka akan tetap menstruasi. Tapi Alhamdulillah setelah H-3 keberangkatan aku coba konsultasi ke bidan akhirnya beliau menyarankan aku minum obat penunda menstruasi “Norelut” sesuai dengan resep darinya.  Namun drama obat tak cukup sampai disitu, perbedaan waktu juga sangat berpengaruh. Seperti yang kita ketahui waktu disana selisih 4 jam dengan waktu di Indonesia, sehingga benar-benar harus dipersiapkan.

Tepat tanggal 25 April 2019, Take Off jam 16:00 WIB, Tuhan menakdirkanku untuk berangkat bertamu ke rumahNya dengan pesawat Saudia Airlines langsung Jeddah bersama dengan 60 orang rombongan dari travel Menara Suci Sejahtera. “ Tak Kenal Maka Tak Sayang” begitu kata pepatah. Dari 60 orang hanya beberapa orang yang aku kenal itupun karena ketika biometrik jadwalnya sama.

Sepuluh jam perjalanan kami lalui diatas pesawat, jika ada pertanyaan “Bosan?” aku jawab “Pasti”, untungnya pramugarinya tanggap sekali, Pramugari yang berasal dari Kalimantan itu  selama perjalanan bercerita tentang susah senang yang ia lalui, kebetulan tempat duduknya tepat di depanku.

Tanggal 26 April 2016 jam 02.10 WIB, pesawat yang kami tumpangi landing dengan selamat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Suasana bandara yang tidak seperti pada umumnya, desainnya unik bak kubah masjid. Sepanjang penglihatanku banyak rombongan lalu lalang yang datang, bahkan saat pemeriksaan lumayan lama dibeberapa titik. Ada yang menunggu koper, ada bersiap dengan pakaian ihram ada juga yang mengabadikan tempat ini. Sapaan ramah kerap kali datang dari penjaga di bandara ini, ada yang menggunakan bahasa Arab, bahasa inggris bahkan bahasa Indonesia dengan logat arabika.

Rombongan kamipun baru keluar dari bandara ini jam 01.00 waktu Saudi, perjalanan dilanjutkan ke Kota Madinah dengan perjalanan kurang lebih 7 jam.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *