Wisata Religi di Ujung Pulau Garam

Aku asli orang Madura dan sudah 24 tahun hidup di Madura namun banyak hal tentang Madura yang  aku tidak tahu, baik  dari sejarah maupun tentang tempat-tempat wisata yang ada di pulau yang terkenal dengan sebutan pulau garam ini, padahal pulau Madura mempunyai banyak sekali  tempat wisata baik wisata alam maupun wisata religi.  Pada beberapa minggu di bulan yang lalu aku di ajak keluargaku untuk mengikuti wisata religi  ke beberapa tempat wisata religi yang ada di Madura khususnya yang ada di kabupaten Pamekasan dan kabupaten Sumenep.

Rute perjalanan kami berawal dari Batu Ampar yang terdapat di Pamekasan dilanjut ke Pesarean Sayyid Yusuf yang terdapat pulau poteran, Sumenep kemudian ke Asta tinggi, Sumenep dan terakhir di keraton Sumenep.

Pesarean Sayyid Yusuf

Tempat ini terdapat di sebuah pulau kecil di Kabupaten Sumenep yaitu pulau Poteran tepatnya  di kecamatan Tlangoh, butuh waktu sekitar +/-10 menit untuk menyebrang ke pulau ini, penyebrangan dilakukan dari pelabuhan Kalianget dengan menggunakan KMP yang tidak begitu besar sehingga gelombang ombak laut sangat terasa sekali, namun karena pemandangan disekitar pulau dan laut yang jenih sampai kelihatan ikan-ikan kecil yang berlari-lari maka gelombang laut itupun tak lagi terasa.

Banyak cerita tentang pasarean ini entah ini mitos atau fakta aku juga kurang mengerti karena baru pertama kali sampai ditempat ini, begini ceritanya:

Jika peziarah yang datang kepasarean ini melihat makam Sayyid Yusuf kelihatan panjang maka mereka akan panjang umur, namun jika makam kelihatan pendek maka akan pendek umur.

Sempat takut sih.. pas waktu mau sampai kepaseran aku dan teman-teman sudah sepakat untuk saling ngasih tau tentang apa yang nanti mereka lihat, tapi semua pada panjang umur… Amiinn karena yang kita lihat sama makam kelihatan panjang.. he2 🙂

Menurut salah seorang juru kunci yang tidak mau disebut dengan juru kunci, beliau lebih bangga jika disebut dengan tukang sapu yang sudah sejak tahun 1942 mengabdikan diri ditempat pesarean itu, makam Sayyid Yusuf itu dulunya tempatnya didalam ruangan namun ketika keesokan harinya makam itu sudah pindah keluar..Wallahu A’lam.. ada sebuah pohon besar yang letaknya tidak jauh dari makam itu, menurut beliau pohon itu adalah tongkat yang dulu dipakai Sayyid Yusuf. Sungguh takjub aku dibuatnya walau hanya +/-10 menit bincang-bincang dengan bapak tua itu rasanya ada sedikit pengetahuan yang aku dapat. Ingin rasanya kembali lagi ke tempat yang  bersejarah ini.

Asta Tinggi

Teletak di Kabupaten Sumenep, di sebuah bukit, Asta Tinggi memang diperuntukkan sebagai komplek makam bagi Raja-raja dan keturunannya. Jadi yang dimakamkan di Asta Tinggi ini adalah orang-orang yang memiliki sertifikat sebagai keturunan Raja-raja Sumenep. Asta Tinggi (asta=makam,peristirahatan), terdiri dari tiga komplek makam. Yang pertama adalah komplek makam bawah, yaitu komplek makam yang diperuntukkan sebagai makam para Raden rendahan. Orang-orang yang “hanya” memiliki gelar “Raden” tanpa embel-embel lainnya, berhak dimakamkan di sini. Yang Kedua adalah komplek makam luar, untuk Raden menengah, “aku gak tau Raden apaan”, yang jelas mereka bukan keturunan langsung dari raja Sumenep. Dan yang terakhir adalah komplek makam dalam, tempat keturunan langsung raja dimakamkan. Yang berhak dimakamkan di sini adalah keturunan langsung dari Raja-raja Sumenep. Biasanya gelar mereka adalah Raden Panji, Raden Bagus, dan Raden Aju (Raden Ayu, di Sumenep gak ada gelar Raden Ajeng, adanya Raden Aju yang dibaca Dinaju).

Banyak yang bisa kita pelajari di Asta Tinggi ini, misalnya sejarah Raja-raja Sumenep. Karena di komplek makam ini terdapat makam Raja Sumenep yang terkenal yaitu Pangeran Jimad, Bindara Saod, dan Pangeran Panji Pulang Jiwa.

Ada hal menarik, percaya gak percaya tapi inilah kenyataannya, Ceritanya gini, ada mitos di Sumenep yang mengatakan apabila kita memotret kuburan di komplek makam tersebut, kamera atau hasilnya akan rusak. Aku gak percaya! Temanku juga pernah bilang, Bahwa dia dulu pernah memotret bagian dalam makam, tapi dengan kamera analog. Hasilnya terbakar semua. Aku gak percaya! Dan kemarin, aku dengan pedenya memotret semua makam di dalam (yang nisannya dibungkus kain merah). Dan ketika sampe ke makam  Pangeran Panji Pulang Jiwa, baterai kameraku habis (aku pakai kamera digital). Kameraku hang setelah aku memotret makam sang Pangeran 🙁

Share

5 thoughts on “Wisata Religi di Ujung Pulau Garam

  1. artikel yang menarik 🙂
    membaca postingan anda diatas, saya juga teringat ketika kala itu memotret salah satu bagian makam (tapi bukan nisannya) di Kompleks makam Bindara Saod, tapi setelah motret sih tidak ada hal yang mistis, namun pas ke karaton Sumenep, eh nggak taunya kecebur di taman sari..
    apa ini yang dinamakan “ecapok tola” kata orang Madura? 😀

    Salam kenal sebelumnya …

    • Salam kenal juga kaka…
      terima kasih sudah blogwalking.. mungkin memang tempat-tempat makam kayak gitu tidak boleh diabadikan.. tiap kali aku ngambil pict selalu diwanti-wanti oleh keluargaku soale itu makam, tapi kadang akunya mbandel 🙂

Leave a Reply to Amethyst Aiko Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *