Suka Duka Perjalanan Menuju Bojonegoro Matoh

Matoh ada yang bilang artinya Siip, baik, keren ada juga yang bilang matoh itu berasal dari kata Lemah (Tanah) Utoh (utuh), entah yang mana yang benar aku tak tau yang pasti kata itu sering sekali ku dengar ketika ngumpul dengan teman-teman dari Bojonegoro. Bertahun-tahun aku berteman dengan orang-orang Bojonegoro namun belum pernah sekalipun aku menginjakkan kaki ditanah matoh itu, jadi kalau ada orang tanya hanya sebatas katanya… katanya… dan katanya.

Pagi itu HP ku  berbunyi tandanya ada sms masuk, ternyata notification FB  isinya invitation wedding dari salah satu sahabat sewaktu kuliah yang rumahnya di Bojonegoro. Sejenak aku berfikir bingung bagaimana caranya untuk bisa sampai ke tempat itu sedangkan aku belum pernah tau jalan menuju kesana, informasi pun mulai ku kumpulkan sebagai referensi transportasi yang gampang menuju ke TKP. Setelah berembuk sana-sini akhirnya aku dan 2 temanku memutuskan untuk berangkat walau kami bertiga belum ada yang pernah sampai ke tempat ini. Jadi kami benar-benar tidak tau jalan alias Bonek.

Perjalanan menuju Bojonegoro

Karena kami bertiga tidak berada ditempat yang sama jadi harus janjian terlebih dahulu biar berangkat menuju TKP bisa bareng-bareng sehingga harus transit di beberapa tempat. Diantara 2 temanku, aku rumahnya yang paling jauh jadi berangkatnya juga paling pagi. Di undangan itu tertulis resepsi jam 11.00 WIB jadi jam 05.20 WIB aku berangkat karena harus mengarungi selat Madura naik kapal, maksud hati ingin naik kapal pertama tapi ternyata aku telat beberapa menit. Transit pertama di pelabuhan Tanjung Perak di lanjut naik bus kota menuju ke tempat transit ke-2 yaitu terminal Purabaya untuk ketemu dengan 1 teman yang berangkat dari Sidoarjo. Clingak-clinguk di waiting room sekitar +/- 30 menit menunggu temanku yang tak kunjung datang. Setelah datang kami langsung mencari info untuk bus menuju Semarang, untuk melanjutkan transit ke-3 yaitu di Dapur Lamongan untuk ketemu dengan temanku satunya lagi. Karena less communication maka kami pun harus menunggu sekitar +/- 45 menit. Lagi-lagi kami berdua clingak-clinguk mencari tempat teduh di depan Lamongan Plaza sampai akhirnya kami ber-3 berkumpul dan siap melanjutkan perjalanan.

DSCN0251

Jam sudah menunjukkan 10.00 WIB, sementara itu perjalanan Lamongan-Bojonegoro masih +/- 1 jam, belum lagi dari terminal Bojonegoro menuju TKP di kecamatan Bubulan yang kabarnya +/- 25 km, teman-teman yang siap jadi guide kami sudah sms menanyakan keberadaan kami, mereka menyarankan kami naik bus PO Dali Mas, karena kami tidak ada yang paham jalan jadi kami ngikut saran mereka, tanpa tau kenapa mereka menyuruh untuk ikut PO tersebut.

DSCN0301

Bus dengan PO yang dimaksud pun di dapat, awal perjalanan kami menikmati kanan-kiri pepohonan yang kejar-kejaran namun lama-kelamaan laju bus mulai gak jelas dan perutku pun muneg-muneg karena memang belum sarapan. Ternyata  tidak hanya aku saja ke-2 temanku juga bilang demikian hanya saja mereka tidak separah aku, yang memang sering pusing kalau naik bus. Ketika ditanya teman-teman menyuruh kami naik bus tersebut tujuannya biar cepat sampai  #hadeeeh teparlah aku sepanjang perjalanan sampai-sampai tak tahu kalau sudah sampai di terminal.

15052008128

Perjalanan menuju Bubulan

Bubulan merupakan salah satu kecamatan yang letaknya dibagian selatan Kab. Bojonegoro.  Aku dan teman-teman yang menjemput kami berangkat dari terminal sekitar jam 11.30 WIB menuju TKP. Katanya teman-teman  dari terminal menuju TKP bisa ditempuh kira-kira +/- 1 jam menelusuri hutan. Aku kira bercanda, kami pun pasrah mengikuti roda motor yang mengantarkan kami. Lika-liku perjalanan ku perhatikan dengan seksama hingga sampai di Wisata Tirtawana Dander yang kesannya sudah mulai tak terawat.

Lepas dari tempat itu, aku membaca tulisan “Anda memasuki wilayah Hutan”. Sempat terpikirkan “ini bener lewat hutan???” Of road dalam hutan jati yang daunnya sudah mulai meranggas akibat kemarau pun dilalui, lika-liku jalan di hutan, keluar hutan, masuk hutan, tanjakan-turunan, jalanan gelombang seperti itulah jalan yang dilalui didalam hutan. Sempat terselip rasa takut karena belum pernah melewati tempat seperti itu. Pikiranpun berandai-andai namun masih sempat ku keluarkan kamera untuk mengabadikan perjalanan ini.

DSCN0253

DSCN0256

DSCN0257

Tak lama setelah keluar hutan dan memasuki perkampungan  kami pun sampai di TKP, canda tawa terlontar  diantara kami apalagi setelah melihat teman kami yang menjadi raja sehari diatas pelaminan.

DSC_0736

IMG_3077

IMG_3111

Setelah selesai acara resepsi dan foto-foto aku serta teman-teman rombongan memutuskan untuk kembali ke Bojonegoro kota dan mampir dirumah salah satu teman disana untuk istirahat sejenak memulihkan tenaga sebelum kembali melanjutkan perjalanan yang masih harus naik-turun bus. Ajang ini malah menjadi meriah layaknya reuni canda tawa, saling olok-olokan sempat terjadi diantara kami karena memah sudah lama tidak berkumpul.  Hingga jam 4 aku dan 2 temanku pamit untuk kembali melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan menuju terminal aku sempat tolah-toleh mencari semboyan Bojonegoro yang terkenal dengan kata Matoh itu.  Sepanjang perjalanan aku tolah toleh hingga akhirnya sampai diterminal dan ku temukan  juga kata matoh itu diatas atap terminal Bojonegoro, tulisan berwarna putih tapi sayang sekali aku tak sempat mengabadikannya.

Inilah ceritaku… mana ceritamu???  Bojonegoro Pancen Matoh…

tulisan ini dikutan NEKAD Traveler  yang diadakan oleh TELKOMSEL 

yuk ikuti perjalanan nekad traveler lainnya di   telkomsel.com/nekadtraveler dan tsel.me/TVCNekadTraveler

Share

12 thoughts on “Suka Duka Perjalanan Menuju Bojonegoro Matoh

  1. Semoga gak kapok ke bojonegoro, suguhan kami belum layak buat kalian, kami(bojonegoro) seperti bayi yg baru merangkak utk membangun berbagai sarana dan prasarana yg menuju matoh. Trima kasih atas kunjunganya.

  2. La buesar to tilisanya matoh di terminal di atas genteng…….matoh itu simbol dari kata arti bagus. org bojonegoro klau bilang bagus musti matoh. hahahahha karo ngangkat jempol tangan. tagline bojonegoro erat dengan bupatinya yang ngasih nama matoh bupati kang yoto !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *