Kisah dibalik penerimaan BLSM

Akuh sebagai manusia, tidak henti-hentinya bersyukur dilahirkan dinegeri Indonesia ini. Negeri yang makmur, kaya raya memang itu fakta. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, bahkan semua kekhasan alam dunia di Indonesia bisa ditemukan, Misalkan dinegara lain kekayaan tambang itu hanya tiga macam namun di Indonesia kesemua kekayaan tambang itu ada.

Namun dibalik itu, didalam kelebihan pastinya ada kekurangan. Termasuk kelebihan dinegeri Indonesia ini, memiliki kekurangan terutama dari segi sumber daya manusia. Kita tahu Indonesia memiliki jumlah penduduk ketiga terbanyak di dunia namun jumlah itu tidak sepadan dengan kulitas jumlah yang dimiliki. Sehingga dampak yang terjadi, kemiskinan, kelaparan. anak jalanan, pengemis, kriminalitas dan lain halnya.

Hal yang menjadi isu ketimpangan sekarang ini, yaitu supermasi hukum dan kasus korupsi. hukum di negeri ini bagaikan sebuah permainan. Ironis sekali ketika ane lihat berita seorang nenek-nenek karena mencuri secuil dari kebun dihukumnya sampai tiga tahun. Sedangkan para korupsi hukumannya ngambang entah kemana.

Apalagi dengan isu terpanas hari-hari ini, yaitu kenaikan BBM, makin kacau aja dunia Indonesia ini. Alih-alih pemerintah akan menggulirkan dana subsidi BLSM atau kepanjangan dari Bantuan Langsung Sementara Masyarakat.
banyak cerita suka-duka dibalik penerimaan bantuan ini, dan sepertinya tulisan tentang ini masih hot news untuk dibahas, jika sebelumnya hanya tentang penerimaan KPS (Kartu Perlindungan sosial) yang diminta sekolah-sekolah sekarang tentang peneriaan BLSM yang masih ada hubungannya dengan KPS.

BLSM

Cerita Sedikit:

Kemarin tepatnya hari minggu tanggal 28 juli 2013 di kecamatan Omben(Tempat aku berpijak) BLSM diberikan serentak untuk 20 desa yang ada di kec. tersebut. Namun tidak seperti yang dibayangkan, BLSM yang awalnya dikira akan rata sesuai dengan keadaan di lapangan ternyata tidak demikian. Ada salah satu desa yang tempatnya lumayan pedalaman dengan penghasilan penduduk yang bisa dikatakan dibawah rata-rata daan jumlah penduduknya +/- 2500 jiwa yang terdaftar di kartu BLSM hanya 300 saja itupun banyak yang salah sasaran. truz yang lain bagaimana??
Menyikapi keadaan ini akhirnya aparat desa membuat kebijakan sendiri dengan cara 1 kartu u/ 3 orang, jadi yang seharusnya 1 orang mendapat 300 ribu berubah menjadi 100 ribu.

truzz.. bagaimana pemerintah menyikapi hal ini??? apakah ini sudah merupakan bentuk keadilan yang selama ini didambakan rakyat??

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *