Madura, Siapa yang tidak kenal dengan nama pulau ini. Pulau Garam sebutan yang paling dekat dengannya walaupun sejatinya harga garam di daerah itu sama dengan daerah lainnya. Bagi sebagian orang yang tidak kenal mendalam tentang pulau ini akan ada pikiran yang konotasinya negatif saat mendengar namanya, itu sebuah hal yang wajar karena sebagian orang memang menganggap Madura itu keras, sedikit-sedikit carok, sedikit-sedikit celurit yang berbicara, SDMnya minim dan berbagai kata negatif lainnya, padahal kenyataannya tidak demikian. Boleh jadi, begitu mendengar kata Madura, dalam benak sebagian orang bakal terbayang alam yang tandus, wajah yang keras dan perilaku menakutkan. Kesan itu seolah menjadi benar tatkala muncul kasus-kasus kekerasan yang menggunakan celurit dengan pelaku utamanya orang Madura.
Carok, semacam senggol bacok tidak semua orang Madura menganggap itu sebuah tradisi. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan carok, carok hanyalah penyelesaian terakhir bagi mereka yang memiliki masalah dan menganggap masalah itu sudah tidak bisa diselesaikan lagi. Seperti kehormatan, harga diri, carok sebagian besar terjadi karena masalah perselingkuhan dan harkat martabat/kehormatan keluarga. Di kalangan masyarakat Madura terkenal dengan kiasan “Ango’an Pote Tolang Atembang Pote Mata/Lebih Baik Putih Tulang Daripada Putih Mata”. Artinya monggo dicari sendiri ya.
Celurit memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Madura. Senjata tajam yang berbentuk melengkung ini begitu melegenda. Sejak dahulu kala hingga sekarang, hampir setiap orang di Tanah Air mengenal senjata khas etnis Madura ini. Saking populernya, celurit kerap diidentikkan dengan berbagai tindak kriminal. Bahkan celurit juga digunakan oleh massa saat terjadi kerusuhan maupun demonstrasi di pelosok Nusantara untuk menakuti lawannya.
Sering kali ketika ada yang bertanya tentang Madura kata pertama yang terucap adalah panas dan tandus. Padahal tidak demikian adanya, mungkin lebih tandus dan lebih padang pasir daripada Madura. Di Madura beberapa wilayah masih asri bahkan berbagai situs bersejarah banyak yang belum bersentuh oleh khalayak, jika kalian berkunjung ke Madura di sepanjang perjalanan akan disuguhi dengan pepohonan hijau, mungkin suasana panas hanya akan terasa sepanjang jalan pesisir. Bahkan di musim-musim tertentu bisa jadi dinginnya Madura tak jauh dengan berada di daerah Malang.
Sebagai warga Madura tulen, tentu saja aku mengakui Madura itu keren karena rata-rata masyarakatnya adalah tipe-tipe pejuang keras dan terkenal bondo nekat. Mereka biasanya memilih keluar dari Madura untuk mencari nafkah namun diakhir cerita mereka akan kembali ke Madura. Sebagian mereka memang pendidikannya minim tapi mereka ulet dan pantang menyerah.
Jadi anggapan bahwa karakteristik masyarakat Madura itu mudah tersinggung, gampang curiga pada orang lain, temperamental atau gampang marah, pendendam serta suka melakukan tindakan kekerasan. Bahkan, bila orang Madura dipermalukan, seketika itu juga ia akan menuntut balas atau menunggu kesempatan lain untuk melakukan tindakan balasan, itu tidak lebih dari suatu gambaran stereotip belaka. Sebab, kenyataannya, salah satu karakteristik sosok Madura yang menonjol adalah karakter yang apa adanya. Artinya, sifat masyarakat etnik ini memang ekspresif, spontan, dan terbuka.