Rabu Wekasan

BULAN Safar adalah bulan kedua mengikut perkiraan kalendar Islam yang berdasarkan tahun Qamariah (perkiraan bulan mengelilingi bumi).  Safar artinya kosong. Dinamakan Safar kerana dalam bulan ini orang-orang Arab sering meninggalkan rumah mereka menjadi kosong kerana melakukan serangan dan menuntut pembalasan ke atas musuh-musuh mereka. Antara peristiwa-peristiwa penting yang berlaku dalam sejarah Islam pada bulan ini ialah Peperangan Al-Abwa pada tahun kedua Hijrah, Peperangan Zi-Amin, tahun ketiga Hijrah dan Peperangan Ar-Raji (Bi’ru Ma’unah) pada tahun keempat Hijrah.

Di dalam bulan ini juga ada di kalangan umat Islam mengambil kesempatan melakukan perkara-perkara bidaah dan khurafat yang bertentangan dengan syariat Islam. Ini kerena menurut kepercayaan turun-temurun sesetengah orang Islam yang jahil, bulan Safar ini merupakan bulan turunnya bala bencana dan mala- petaka khususnya pada hari Rabu minggu terakhir. Oleh sebab itu setiap tahun mereka akan melakukan amalan-amalan karut sebagai cara untuk menolak bala yang dipercayai mereka itu.

Sudah menjadi tradisi di kalangan sebagian umat Islam terutama di masayarakat Islam Jawa merayakan Rabu Wekasan atau Rabu Pungkasan atau Rabu Kasan dengan berbagai cara. Ada yang merayakan dengan cara bersa-besaran,
ada yang merayakan secara sederhana dengan membuat makanan yang kemudian dibagikan kepada orang-orang yang hadir, namun diawali dengan tahmid, takbir, zikir dan tahlil serta diakhir dengan do’a.

Ada juga yang merayakan dengan melakukan shalat Rabu Wekasan atau shalat tolak bala,
baik dilakukan sendiri-sendiri maupun secara berjamaah. Bahkan ada yang cukup merayakannya dengan
jalan-jalan ke pantai untuk mandi dimaksudkan untuk menyucikan diri dari segala kesalahan dan dosa.

Apa  “Rabu Wekasan” ?

Rabu Wekasan adalah hari Rabu yang terakhir pada bulan Shafar.
Dari beberapa cara merayakan Rabu Wekasan ada yang mengganjal dalam pikiran penulis yaitu dengan cara melalukan shalat Rabu wekasan  yang dikerjakan pada hari Rabu pagi akhir bulan Shafar setelah shalat Isyraq, kira-kira mulai masuk waktu Dhuha. Pada dasarnya Shalat Rabu Wekasan tidak ditemukan temukan adanya Hadits yang menerangkan shalat Rabu Wekasan.

Dalam Islam berbagai shalat baik wajib maupun sunnah telah disebutkan dalam Hadits Nabi saw secara lengkap yang termuat dalam berbagai kitab Hadits, namun shalat Rabu Wekasan tidak ditemukan. Shalat wajib atau shalat sunnah merupakan ibadah yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya, baik tata cara mengerjakannya maupun waktunya.
Tidak dibenarkan membuat atau menambah shalat baik wajib maupun sunnah dari yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya.  Ibadah hanya dapat dilakukan sesuai dengan yang diperintahkan, jika tidak, maka sia-sia belaka.

Ada sebuah buku berjudul “Kanzun Najah” karangan Syekh Abdul Hamid Kudus yang pernah mengajar di Makkatul Mukaramah.  Dalam buku tersebut diterangkan bahwa telah berkata sebagian ulama ‘arifin dari ahli mukasyafah (sebutan ulama sufi tingkat tinggi), bahwa setiap hari Rabu di akhir bulan Shafar diturunkan ke bumi sebanyak 360.000 malapetaka dan 20.000 macam bencana. Bagi orang yang melaksanakan shalat Rabu Wekasan atau shalat tolak bala pada hari tersebut sebanyak 4 raka’at satu kali salam atau 2 kali salam dan pada setiap raka’at setelah membaca surat Al Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat Al Kautsar 17 kali,  surat Al Ikhlas 5 kali, surat Al Falaq 2 kali dan surat An Nas 1 kali. Setelah selesai shalat dilanjutkan membaca do’a tolak bala, maka orang tersebut terbebas dari semua malapetaka dan bencana yang sangat dahsyat tersebut.

Atas dasar keterangan tersebut, maka shalat Rabu Wekasan tidak bersumber dari Hadits Nabi saw dan hanya bersumber pada pendapat ahli mukasyafah ulama sufi. Oleh sebab itu, mayoritas ulama mengatakan shalat Rabu Wekasan tidak dianjurkan dengan alasan tidak ada Hadits yang menerangkannya. Ada pula ulama yang membolehkan melakukan shalat Rabu Wekasan, dengan dalih melakukan shalat tersebut termasuk melakukan keutamaan amal (Fadhailul ‘amal).

Namun sikap yang baik terhadap shalat Rabu Wekasan adalah kembali kepada aturan bahwa semua ibadah didasarkan atas perintah. Sesuai dengan penjelasan yang telah diuraikan di atas, tidak ditemukan dasar perintah atau keterangan yang menjelaskan tentang  shalat Rabu Wekasan atau shalat tolak bala, maka shalat Rabu Wekasan tidak perlu dilakukan.
Bukankah semua shalat yang kita kerjakan baik wajib maupun sunnah dapat menolak bala?

Share

16 thoughts on “Rabu Wekasan

  1. Hmm… baru tau nih…
    Tapi sebenarnya aku sudah sering dengar, karena ibu selalu mengingatkan untuk melakukan ini itu..
    Tapi aku cenderung lupa atau sedang halangan. Ternyata memang tak ada landasannya ya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *